Kasih Sepanjang Jalan

Di stasiun kereta api bawah tanah Tokyo, aku merapatkan mantel wol tebalku erat-erat. Pukul 5 pagi. Musim dingin yang hebat. Udara terasa beku mengigit. Januari ini memang terasa lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya. Di luar salju masih turun dengan lebat sejak kemarin. Tokyo tahun ini terselimuti salju tebal, memutihkan segenap pemandangan.

Stasiun yang selalu ramai ini agak sepi karena hari masih pagi. Ada seorang kakek tua di ujung kursi, melenggut menahan kantuk. Aku melangkah perlahan ke arah mesin minuman. Sesaat setelah sekeping uang logam aku masukkan, sekaleng capucino hangat berpindah ke tanganku. Kopi itu sejenak menghangatkan tubuhku, tapi tak lama karena ketika tanganku menyentuh kartu pos di saku mantel, kembali aku berdebar.
Tiga hari yang lalu kartu pos ini tiba di apartemenku. Tidak banyak beritanya, hanya sebuah pesan singkat yang dikirim adikku, "Ibu sakit keras dan ingin sekali bertemu kakak. Kalau kakak tidak ingin menyesal, pulanglah meski sebentar, kakc". Aku mengeluh perlahan membuang sesal yang bertumpuk di dada. Kartu pos ini dikirim Asih setelah beberapa kali ia menelponku tapi aku tak begitu menggubris ceritanya. Mungkin ia bosan, hingga akhirnya hanya kartu ini yang dikirimnya. Ah, waktu seperti bergerak lamban, aku ingin segera tiba di rumah, tiba-tiba rinduku pada ibu tak tertahan. Tuhan, beri aku waktu, aku tak ingin menyesalc
Sebenarnya aku sendiri masih tak punya waktu untuk pulang. Kesibukanku bekerja di sebuah perusahaan swasta di kawasan Yokohama, ditambah lagi mengurus dua puteri remajaku, membuat aku seperti tenggelam dalam kesibukan di negeri sakura ini. Inipun aku pulang setelah kemarin menyelesaikan sedikit urusan pekerjaan di Tokyo. Lagi-lagi urusan pekerjaan.
Sudah hampir dua puluh tahun aku menetap di Jepang. Tepatnya sejak aku menikah dengan Emura, pria Jepang yang aku kenal di Yogyakarta, kota kelahiranku. Pada saat itu Emura sendiri memang sedang di Yogya dalam rangka urusan kerjanya. Setahun setelah perkenalan itu, kami menikah.
Masih tergambar jelas dalam ingatanku wajah ibu yang menjadi murung ketika aku mengungkapkan rencana pernikahan itu. Ibu meragukan kebahagiaanku kelak menikah dengan pria asing ini. Karena tentu saja begitu banyak perbedaan budaya yang ada diantara kami, dan tentu saja ibu sedih karena aku harus berpisah dengan keluarga untuk mengikuti Emura. Saat itu aku berkeras dan tak terlalu menggubris kekhawatiran ibu.
Pada akhirnya memang benar kata ibu, tidak mudah menjadi istri orang asing. Di awal pernikahan begitu banyak pengorbanan yang harus aku keluarkan dalam rangka adaptasi, demi keutuhan rumah tangga. Hampir saja biduk rumah tangga tak bisa kami pertahankan. Ketika semua hampir karam, Ibu banyak membantu kami dengan nasehat-nasehatnya. Akhirnya kami memang bisa sejalan. Emura juga pada dasarnya baik dan penyayang, tidak banyak tuntutan.
Namun ada satu kecemasan ibu yang tak terelakkan, perpisahan. Sejak menikah aku mengikuti Emura ke negaranya. Aku sendiri memang sangat kesepian diawal masa jauh dari keluarga, terutama ibu, tapi kesibukan mengurus rumah tangga mengalihkan perasaanku. Ketika anak-anak beranjak remaja, aku juga mulai bekerja untuk membunuh waktu.
Aku tersentak ketika mendengar pemberitahuan keretaNarita Expres yang aku tunggu akan segera tiba. Waktu seperti terus memburu, sementara dingin semakin membuatku menggigil. Sesaat setelah melompat ke dalam kereta aku bernafas lega. Udara hangat dalam kereta mencairkan sedikit kedinginanku. Tidak semua kursi terisi di kereta ini dan hampir semua penumpang terlihat tidur. Setelah menemukan nomor kursi dan melonggarkan ikatan syal tebal yang melilit di leher, aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap bisa tidur sejenak seperti mereka. Tapi ternyata tidak, kenangan masa lalu yang terputus tadi mendadak kembali berputar dalam ingatanku.
Ibu..ya betapa kusadari kini sudah hampir empat tahun aku tak bertemu dengannya. Di tengah kesibukan, waktu terasa cepat sekali berputar. Terakhir ketika aku pulang menemani puteriku, Rikako dan Yuka, liburan musim panas. Hanya dua minggu di sana, itupun aku masih disibukkan dengan urusan kantor yang cabangnya ada di Jakarta. Selama ini aku pikir ibu cukup bahagia dengan uang kiriman ku yang teratur setiap bulan. Selama ini aku pikir materi cukup untuk menggantikan semuanya. Mendadak mataku terasa panas, ada perih yang menyesakkan dadaku. "Aku pulang bu, maafkan keteledoranku selama inic" bisikku perlahan.
Cahaya matahari pagi meremang. Kereta api yang melesat cepat seperti peluru ini masih terasa lamban untukku. Betapa masih jauh jarak yang terentang. Aku menatap ke luar. Salju yang masih saja turun menghalangi pandanganku. Tumpukan salju memutihkan segenap penjuru. Tiba-tiba aku teringat Yuka puteri sulungku yang duduk di bangku SMA kelas dua. Bisa dikatakan ia tak berbeda dengan remaja lainnya di Jepang ini. Meski tak terjerumus sepenuhnya pada kehidupan bebas remaja kota besar, tapi Yuka sangat ekspresif dan semaunya. Tak jarang kami berbeda pendapat tentang banyak hal, tentang norma-norma pergaulan atau bagaimana sopan santun terhadap orang tua.
Aku sering protes kalau Yuka pergi lama dengan teman-temannya tanpa idzin padaku atau papanya. Karena aku dibuat menderita dan gelisah tak karuan dibuatnya. Terus terang kehidupan remaja Jepang yang kian bebas membuatku khawatir sekali. Tapi menurut Yuka hal itu biasa, pamit atau selalu lapor padaku dimana dia berada, menurutnya membuat ia stres saja. Ia ingin aku mempercayainya dan memberikan kebebasan padanya. Menurutnya ia akan menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Untuk menghindari pertengkaran semakin hebat, aku mengalah meski akhirnya sering memendam gelisah.
Riko juga begitu, sering ia tak menggubris nasehatku, asyik dengan urusan sekolah dan teman-temannya. Papanya tak banyak komentar. Dia sempat bilang mungkin itu karena kesalahanku juga yang kurang menyediakan waktu buat mereka karena kesibukan bekerja. Mereka jadi seperti tidak membutuhkan mamanya. Tapi aku berdalih justru aku bekerja karena sepi di rumah akibat anak-anak yang berangkat dewasa dan jarang di rumah. Dulupun aku bekerja ketika si bungsu Riko telah menamatkan SD nya. Namun memang dalam hati ku akui, aku kurang bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga.
Melihat anak-anak yang cenderung semaunya, aku frustasi juga, tapi akhirnya aku alihkan dengan semakin menenggelamkan diri dalam kesibukan kerja. Aku jadi teringat masa remajaku. Betapa ku ingat kini, diantara ke lima anak ibu, hanya aku yang paling sering tidak mengikuti anjurannya. Aku menyesal. Sekarang aku bisa merasakan bagaimana perasaan ibu ketika aku mengabaikan kata-katanya, tentu sama dengan sedih yang aku rasakan ketika Yuka jatau Riko juga sering mengabaikanku. Sekarang aku menyadari dan menyesali semuanya. Tentu sikap kedua puteri ku adalah peringatan yang Allah berikan atas keteledoranku dimasa lalu. Aku ingin mencium tangan ibu....
Di luar salju semakin tebal, semakin aku tak bisa melihat pemandangan, semua menjadi kabur tersaput butiran salju yang putih. Juga semakin kabur oleh rinai air mataku. Tergambar lagi dalam benakku, saat setiap sore ibu mengingatkan kami kalau tidak pergi mengaji ke surau. Ibu sendiri sangat taat beribadah. Melihat ibu khusu' tahajud di tengah malam atau berkali-kali mengkhatamkan alqur'an adalah pemandangan biasa buatku. Ah..teringat ibu semakin tak tahan aku menanggung rindu. Entah sudah berapa kali kutengok arloji dipergelangan tangan.
Akhirnya setelah menyelesaikan semua urusanboarding-pass di bandara Narita, aku harus bersabar lagi di pesawat. Tujuh jam perjalanan bukan waktu yang sebentar buat yang sedang memburu waktu seperti aku. Senyum ibu seperti terus mengikutiku.Syukurlah, Window-seat, no smoking area, membuat aku sedikit bernafas lega, paling tidak untuk menutupi kegelisahanku pada penumpang lain dan untuk berdzikir menghapus sesak yang memenuhi dada. Melayang-layang di atas samudera fasifik sambil berdzikir memohon ampunan-Nya membuat aku sedikit tenang. Gumpalan awan putih di luar seperti gumpalan-gumpalan rindu pada ibu.
Yogya belum banyak berubah. Semuanya masih seperti dulu ketika terakhir aku meninggalkannya. Kembali ke Yogya seperti kembali ke masa lalu. Kota ini memendam semua kenanganku. Melewati jalan-jalan yang dulu selalu aku lalui, seperti menarikku ke masa-masa silam itu. Kota ini telah membesarkanku, maka tak terbilang banyaknya kenangan didalamnya. Terutama kenangan-kenangan manis bersama ibu yang selalu mewarnai semua hari-hariku. Teringat itu, semakin tak sabar aku untuk bertemu ibu.
Rumah berhalaman besar itu seperti tidak lapuk dimakan waktu, rasanya masih seperti ketika aku kecil dan berlari-lari diantara tanaman-tanaman itu, tentu karena selama ini ibu rajin merawatnya. Namun ada satu yang berubah, ibu...
Wajah ibu masih teduh dan bijak seperti dulu, meski usia telah senja tapi ibu tidak terlihat tua, hanya saja ibu terbaring lemah tidak berdaya, tidak sesegar biasanya. Aku berlutut disisi pembaringannya, "Ibu...Rini datang, bu..", gemetar bibirku memanggilnya. Ku raih tangan ibu perlahan dan mendekapnya didadaku. Ketika kucium tangannya, butiran air mataku membasahinya. Perlahan mata ibu terbuka dan senyum ibu, senyum yang aku rindu itu, mengukir di wajahnya. Setelah itu entah berapa lama kami berpelukan melepas rindu. Ibu mengusap rambutku, pipinya basah oleh air mata. Dari matanya aku tahu ibu juga menyimpan derita yang sama, rindu pada anaknya yang telah sekian lama tidak berjumpa. "Maafkan Rini, Bu.." ucapku berkali-kali, betapa kini aku menyadari semua kekeliruanku selama ini.

posted under | 1 Comments

Panggil Aku Ney!


"Ney…”, sapa Bunda. Aku berbalik arah karena terkejut akan kehadiran Bundaku di depan kelas kesayanganku ini. Entah kenapa kali ini aku sangat takut kepada Bunda, ketimbang kepada Bu Yos, wali kelasku yang super killer, padahal Bunda tak pernah semarah ini seperti saat Bunda menyanggupi panggilan Bu Yos sebelum-sebelumnya.           

Ya…namaku Neyshaa Azella, panggil aku Ney saja. Aku murid SMA Harapan 3 Jakarta,siswi tahun pertama. Aku baru saja 3 bulan sekolah di sini, dan 3 kali pula Bunda sudah datang ke sekolah menemui wali kelasku. Apalagi kalau bukan karena kenakalanku di sekolah. Tapi menurutku, aku tak pernah nakal, aku hanya megapresiasikan hak dan ekspresiku di sekolah.Wajar saja bukan?, Bu Yos saja yang berlebihan. Toh aku juga gak buruk-buruk amat.            

Pada panggilan pertama, bulan pertama, Bunda di panggil karena aku menyurati Bu Yos tentang sikapnya yang gak asyik BeGeTe menurutku, padahal kan memang begitu, banyak dari kami tidak memperhatikan pelajaran Bu Yos, malah justru lebih takut kepada Bu Yos daripada fokus terhadap yang diajarkan beliau. ”Apa itu salah? Biasa aja deh! Malah justru bagus dong,biar Bu Yos tau ‘N  gak semena-mena getu.Biarlah! asal temen-temen semua enak nerima pelajarannya, ya gak?! Harus gitu donk!”, pidatoku pada teman-teman sekelasku saat ku ditanya mereka perihal Bunda yang saat  itu baru keluar  kelas dengan marah-marah dan wajah yang merah padam.         

Pada panggilan kedua, bulan kedua, Bunda kembali di panggil karena aku sengaja menarik rambut kakak kelasku karena dia sengaja menghina salah satu temanku.”Kaya kecakepan banget sih tu kakak, kaya cantik ja! Cakepan juga gue!”, kataku saat Bunda kembali marah, dan reaksiku pun kembali sama. Hufth…            

Pada panggilan kali ini, Bunda tampak tidak marah, tetapi Bunda kelihatan lagi merajuk kepadaku, Bunda diam saat aku bertanya apa hukumanku kali ini, samakah dengan sebelumnya? disuruh mengikuti jam tambahan Bu Yos kah? atau lari lapangan + scout jump lagi kah?. Tapi Bunda tetap membisu. Ya, aku akui kali ini memang aku agak keterlaluan, aku memukul sarang lebah di depan kelasku dan mengenai Pak Darso, guru olahragaku, sehingga dia terpaksa opname gara-gara sengatan lebah. Tapi sungguh, aku tidak bersalah, aku hanya ingin teman-temanku safety aja, mending kan satu orang yang opname daripada satu kelasku yang opname gara-gara lebah-lebah itu?.          

Sekolah ini memang sungguh aneh, kenapa keadilan dan hak tidak ditindak lanjuti secara tegas, kenapa perbuatanku dianggap sebelah mata? Padahal kan aku ingin menunjukkan, betapa pentingnya keadilan dimanapun, dan harus dihormati oleh siapapun. Aku memang dari awal tidak setuju kalau Bunda menempatkanku disini. Padahal aku ingin sekali bersekolah di sekolah kemiliteran saja. Yang setidaknya menjunjung apa arti keadilan itu. Hehehe…tapi aku sudah terlanjur disini. Ya, terima sajalah!.        

Benar dugaanku, aku diskors sampai Pak Darso keluar dari rumah sakit. Tapi justru entah kenapa aku menyukai itu, setidaknya aku tak terisolir dengan dinding-dinding sekolah itu selama beberapa hari. Dan Bunda, Bunda kali ini mentoleransi kesalahanku lagi. Baik ya… atau karena bunda capek terhadap semua ini? Terserah pemikiran bunda lah. ”Ney, Bunda tau kamu gak salah, kamu ingin menegakkan apa yang sebenarnya harus ditegakkan. Tapi cara kamu salah beby, tidak seperti itu, kamu bukan anak kecil lagi, kamu udah SMA, udah gede. Ada cara tersendiri sayang, bukan begini yang Bunda ajarkan…”, nasihat Bunda. “Ya bun,aku kan gak sengaja! Bunda kan tau sendiri, maunya Ney gimana? Maklum sajalah bun!”, jawabku sama sepeti sebelum-sebelumnya. Dan Bunda, terpaksa tersenyum lagi menghadapi tingkahku. Hal yang klasik.      

 Teman-teman sekolahku menganggap aku sebagai pahlawan mereka. Tapi, banyak juga yang beranggapan sebaliknya.”Tapi up to you lah!”, fikirku. Ya, mereka memanggilku Ney. Aku terkenal di sekolah karena kenakalan-kenakalan yang aku perbuat, bukan karena prestasi. Aku tak menganggap itu sulit. Bagiku tak ada kata menyerah, mundur dan takut selama benar dalam kamus Ney, ingat dalam kamusku!. Aku memang anak yang sangat pemberani di mata orang-orang sekitarku, karena mungkin kata-kata almarhum Ayahku telah menjadi pedoman bagiku, aku tak boleh jadi anak cengeng dan kalah.       

Hari ini adalah hari yang terik. Seperti biasa aku mengendarai Honda Jazz-ku dan berjanji menjemput Bunda di kantornya. Bunda bekerja sebagai loyer atau pengacara sebuah perusahaan swasta. Dulu Ayahku juga bekerja di sini, tapi dulunya Ayahku adalah seorang notaris pribadi perusahaan ini. Ya dapat ditebak, setiap ke kantor ini aku teringat oleh Ayah terhebatku itu. Sekaligus bersyukur, karena pekerjaan Bundaku ini juga yang meringankan hukuman sekolahku, yang mungkin seharusnya lebih berat dari hukuman-hukuman itu. Bahkan jika Bunda tak pandai membelaku, mungkin aku sudah dimutasi atau di keluarkan dari sekolah ini. Sungguh bangganya aku memiliki Bunda dan… pernah memiliki Ayahku.     

Entah kenapa Bunda hari ini tidak seperti biasa. Dia begitu ceria, senyum sana-sini, seperti ABG  jatuh cinta. Awal mulanya ku negative-thinking bahwa Bunda akan memperkenalkanku pada Ayah baru. Atau jangan-jangan Bunda mau… membuangku ke panti asuhan?,Oh My God!.Tapi ku percaya Bunda tak seperti itu. Mana tega Bunda membuang anak satu-satunya ini?. Sungguh, maafkan aku Tuhan, maafkan aku Bunda!.    

Setelah hampir setengah jam aku dan  Bunda menyusuri keramaian kota, akhirnya Bunda mengisyaratkan supaya aku memberhentikan mobil. Kali ini Bunda mempercayai aku yang  memegang kemudi, tak seperti biasa, Bunda selalu cerewet dalam hal kemudi, ia tidak pernah mempercayai aku mengemudi, karena dianggapnya remaja sepertiku akan ugal-ugalan, padahal aku juga tidak pro apabila ada anak seumuranku ugal-ugalan di jalan. ”Pa mereka gak sayang nyawa ya? atau pingin mati muda dan jadi calon-calon penghuni kubur masa kini? Ih…Gue sih ogah!!!”, batinku dalam hati. Bunda sangat berbeda hari ini, dan hatiku semakin berdebar-debar.  

 “Haaaaaaa???Bunda ngapain ngajak aku ke sini?”, tanyaku heran pada Bunda. ”Ada yang mau Bunda tunjukin sayang…”. Ya,kami tiba di taman kecil pribadi milik Ayah di pinggiran kota, padahal sejak meninggalnya Ayah 5 tahun lalu,kami sudah tidak pernah datang sekalipun kesini. Bunda takut melihatku sedih, karena Bunda tidak mahu aku sakit lagi karena ingat Ayah. Dulu sewaktu Ayah meniggal karena sebuah kecelakaan kecil, aku sangat syok dan tiba-tiba demam sampai berbulan-bulan. Maklumlah aku sangat dekat dengan Bunda dan Ayah. Jadi aku tidak sanggup kehilangan salah satu dari mereka. Tapi karena kejadian itu pun aku juga sadar, aku tidak boleh larut dalam masalah dan harus tetap kuat sekaligus berani menghadapi dunia seperti saat ini. Bunda tahu sekali, kalau aku merindukan tempat ini. Sangat merindukan. Thanks to Bunda…     

Bunda memberikan aku sebuah bungkusan kado hijau, barulah aku teringat hari ini hari pernikahan Ayah dan Bunda. Tampak mata Bunda berbinar dan meneteskan air mata. Tapi Bunda berusaha menyembunyikannya, sedangkan aku tetap tahu. Bunda mengeluarkan laptop-nya, dan menyuruhku membuka kado itu. Sebuah kepingan DVD yang aku dapati. Bunda meraih kepingan DVD itu dan menyetelnya. Tidak terduga olehku. Ternyata itu adalah Video Album kami, seluruh kenangan keluarga besar kami, terutama kenangan aku, Ayah dan Bunda ada disini.”Putrinya Ayah harus berani ya? Ayah sama Bunda kan pemberani, masak putrinya penakut sih? Tapi sayang, pemberani bukan berarti nakal lho! Tapi, harus tetap menghormati privasi dan hak orang lain, okey! Ayah dan Bunda sayaaaaang Ney!”, terdengar olehku memori suara Ayah dulu, saat Ayah hendak mengantarku tidur, kebiasaan Ayah sebelum Ayah meninggal dulu.    

Kulihat wajah lelah Bunda, tidak tega aku membangunkan Bunda yang sedang tertidur di bawah pohon elf tempat kami berteduh. Ku lihat wajah cantik Bunda kali ini terlihat benar-benar cantik, lebih dari biasanya. Aku sadar tak semua perbuatanku benar, aku hanya merepotkan Bunda, aku menyesal. Mulai sekarang, aku berjanji, tidak akan buat Bunda susah lagi, tidak melakukan semua sesuka hati, menerima semua pendapat orang tentang aku dan menjadikannya semangat, agar aku menjadi sesuatu yang lebih baik. ”Aku sayaaaaang Ayah”, kataku pelan. Dan Ney sayang Bunda…banget!”, bisikku pada Bunda. Dan kulihat Bunda tersenyum dalam tidurnya.

posted under | 0 Comments

Lelaki Sholeh

Asalamu'alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh..
BISMILLAH...

"Semoga dikurniakan suami sholeh yang boleh membimbing adinda dunia dan akhirat."

Jawaban begini biasa diberikan gadis yang bakal mendirikan rumahtangga ataupun pengantin baru. Kebanyakan wanita jika diajukan mengenai jodoh, maukan suami sholeh.
Tetapi, apakah suami yang diidamkan itu, benar-benar memenuhi keperluan wanita? Coba kita liat apa yang berlaku dalam sebuah rumah tangga selepas doa si gadis untuk mendapatkan 'lelaki sholeh' mungkin sudah dimakbulkan Allah SWT.

Lelaki yang sholeh amat takut kepada Allah SWT. Salah satu bukti ketakutannya kepada Allah ialah mengerjakan sholat.
Jadi, lelaki sholeh akan menyuruh, malah trkadang sehingga memaksa isterinya untuk menunaikan sholat.

Lelaki yang sholeh amat taat kepada Allah. Islam mewajibkan wanita menutup aurat.
Jadi, suami yang sholeh tidak akan sekali-kali membenarkan isterinya keluar rumah atau mengenakan pakaian sesuka hati.
Juga berhias dan ber'make-up' tebal. Suami yang sholeh akan memastikan si isteri menututp aurat.

Tetapi ada isteri yang kurang senang dengan perkara begini.

Bukankah dahulu, anda berdoa untuk mendapat suami yang sholeh????, tetapi apabila doa anda dimakbulkan anda bantah pula perintahnya...!!!!

10 Sifat Calon Suami Yang Baik

Jika anda seorang wanita, carilah lelaki yang mempunyai sifat-sifat berikut.
Jika anda seorang lelaki, jadilah seorang lelaki yang mempunyai sifat-sifat berikut.

1. Kuat amalan agamanya. Menjaga solat fardhu, kerap berjemaah dan sholat pada awal waktu. Auratnya juga senntiasa dipelihara dan memakai pakaian yang sopan. Sifat ini boleh dilihat terutama sewaktu kesehariannya.

2. Akhlaknya baik, iaitu seorang yang nampak tegas, tetapi sebenarnya seorang yang lembut dan mudah bertolak ansur. Pertuturannya juga mesti sopan, melambangkan peribadi dan hatinya yang mulia.

3. Tegas mempertahankan maruahnya. Tidak berkunjung ke tempat-tempat yang boleh menjatuhkan kredibilitinya.

4. Amanah, tidak mengabaikan tugas yang diberikan dan tidak menyalahgunakan kuasa dan kedudukan.

5. Tidak boros, tetapi tidak kedekut. Tahu membelanjakan wang dengan bijaksana.

6. Menjaga mata dengan tidak melihat perempuan lain yang lalu lalang ketika sedang bercakap-cakap.

7. Pergaulan yang terbatas, tidak mengamalkan cara hidup bebas walaupun dia tahu dirinya mampu berbuat demikian.

8. Mempunyai rekan pergaulan yang baik. Rekan pergaulan seseorang itu biasanya sama.

9. Bertanggungjawab. Lihatlah dia dengan keluarga dan ibu bapaknya.

10. Wajah yang tenang,Apabila berucap hati-hati dg kata2nya,.

**************

Pesan: KakandaMu

seorang lelaki yang BERIMAN lelaki tersebut TIDAK AKAN:

1.TIDAK AKAN mengajak anda ke pusat2 hiburan yang melalaikan.

2.TIDAK AKAN berani pergi berdua-duaan dg kekasih.

3.TIDAK AKAN membonceng bersama2 dengan kekasih.

4.TIDAK AKAN besenang-senang dengan wanita yang bukan muhrim.

5.TIDAK AKAN mengajak keluar bersama2 pergi ke pasaraya, menonton wayang, makan berdua-duaan dan sebagainya.

6.TIDAK AKAN berani menyentuh tangan dan tubuh badan seorang wanita.

7.TIDAK AKAN tberani mengajak anda melakukan aksi ringan-ringan8.TIDAK AKAN berani melakukan ZINA.

SEKIRANYA 8 CIRI2 INI ADA PADA PASANGAN ANDA...
KETAHUILAH BAHWA LELAKI TERSEBUT TERGOLONG DALAM 10 SIFAT CALON SUAMI YANG BAIK-BAIK...
AKAN TETAPI SEKIRANYA SEBALIKNYA..
MAKA LELAKI TERSEBUT BUKANLAH TERMASUK DARI 10 CIRI2 TERSEBUT...

posted under | 0 Comments

Perpisahan

long distance love


















Salah satu kata yg paling berat untuk saya katakan dan dengarkan adalah kata ‘perpisahan’. Mudah untuk dituliskan, namun begitu berat untuk dihadapi. Namun mungkin bila tidak ada kata perpisahan, tidak akan ada kata pertemuan. Kedua kata itu adalah 2 hal yg tidak bisa dipisahkan. Bila ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tatkala Nabi Adam AS diciptakan dan menemukan dirinya bermukim di surga, beberapa saat kemudian dia harus rela berpisah dengan surga yang penuh kenikmatan. Nabi Adam AS hijrah ke dunia yang unik, penuh warna dan tantangan. Inilah mungkin awal mula sejarah kata pertemuan dan perpisahan dalam sejarah anak manusia.
Siklus pertemuan dan perpisahan ini terus terjadi dalam kehidupan seseorang dan dalam sejarah peradaban manusia karena kedua kata itu memang mesti ada ketika manusia ada. Siapapun dia harus mengalaminya. Pertemuan biasanya diwarnai dengan hal2 yg indah dan membahagiakan. Perpisahan lebih byk dihiasi dgn kesedihan, keharuan dan linangan air mata. Jarang kondisi ini terbalik. Pertemuan adalah awal dari sesuatu yg baru, tapi perpisahan bukanlah akhir dari segalanya.
Mungkin saya termasuk salah seorang yang harus mengalami siklus ini. Perpisahan dan pertemuan yang silih berganti dengan seseorang yang menjadikan hidupku penuh warna.  Andai kata itu bisa dihapus dari kamus kehidupan ini, aku akan me-delete-nya secara permanen. Namun kata itu sepertinya adalah hal yg ‘default‘ dlm program kehidupan setiap insan, sehingga mustahil untuk dihilangkan.

posted under | 0 Comments

Sebelum Latihan Dasar Kepemimpinan Rohis

LDKR..Besok adalah tanggal 18 desember yang sekaligus diadakannya LDKR..
rasanya tidak ada yang spesial, ya maklum saja saja sudh mengalami Latihan Dasar Kepemimpinan Osis (LDKO) sebanyak 5 kali dan mengikuti pelantikan paskibra 3 kali, yaitu sampai dengan gladian central..

acara ini akan dimulai jam 15.30, tapi saya juga masih bingung kenapa saya masih deg degan mendengar nama LDKR..
saya bukan takut menghadapi seniornya yang baik baik, tapi saya hanya belum tahu tekhnis dari LDKR tersebut.
hati saya dag dig dug duer.. jujur saja saya termasuk orang yang penakut dan cengeng..

Semoga Saja ALLAH memberikan yang terbaik dan saya dan teman teman rohis bisa mengambil hikmah dari LDKR tersebut.
Amin ya robbalalamin..

posted under | 0 Comments

Surat dari Aku untuk Adit..

sayang..
kurasa tak ada yang mampu sepertimu..
hanya kamu..
seseorang yang mengerti sikap manjaku..
meredamkan tangis cengengku akan kelamnya dunia..
kamulah, yang menerimaku apa adanya..

indahnya hariku saat bersamamu..
tak terasa penat sedikitpun dalam benakku
kelam memudar karena cahaya kasihmu
dalam hatiku hanya padamu..
karena kamulah sahabatku..
besarnya harapan dan mimpi-mimpi indahku tentang cinta.
terbang melayang menjelajahi luasnya langit biru..
tebawa aku dalam cinta kasihmu..
karena kmulah kekasihku..


ketahuilah..
mencintaimu adalah kebahagiaan dalam hidupku,
dan memilikimu adalah kebanggaan bagiku..
menyayangimu takkan pernah terhapus dari hidupku..
aku cinta kamu melebihi apa yang kamu tahu..

posted under | 0 Comments

Inilah Kami :)

Assalamualaikum...
Sedikit gak penting, tapi gak apa apa lah :)
biar makin akrab juga kaaan...

yang pertama, inilah foto kami..



Lalu inilah biodatanya..
Nama : Nadia Rahma Pramesti
TTL : Boyolali, 23 Juli 1995
Alamat : Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara
Sekolah : SMAN 21 Jakarta
Hobby : Makan, Tidur, Berorganisasi, dan Mencari Kesibukan.. hehe
Minat : Semua kecuali hal Politik.


Nama : Adityo Rahman
TTL : Klaten, 26 Maret 1993
Alamat : Permata Hijau Permai, Bekasi
Kuliah : Universitas Negeri Jakarta
Hobby : -
Minat : -

Oke deh, sekian dulu ya :)
Wassalamualaikum.Wr.Wb

posted under | 0 Comments

Welcome :D

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena blog ini sudah terbentuk.

Blog ini adalah blog kedua saya setelah blog pertama aya gagal karena lupa pasword. (hehe :D maaf ya..)
Semoga saya selaku penulis blog disini selalu rajin menambah informasi dan pengetahuan yang semoga bisa dipakai, dan tentunya tidak melupakan pasword lagi...amin :)

Salam kenal, nama saya nadia rahma pramesti. saya seorang pelajar yang belajar di SMAN 21 Jakarta.
dan nama adityo rahman adalah nama pacar kebanggaan saya yang sekarang adalah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.

Saya Harap blog saya bisa dibaca dan terus berlanjut. amin :)
Terima Kasih..
Wassalamualaikum.Wr.Wb

posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Beranda

Mengenai Saya

Adityo Nadia Rahman

Daisypath Anniversary tickers

Daisypath Anniversary tickers

kura kura lucu :)

schildkroeten-0008.gif from 123gifs.eu
Diberdayakan oleh Blogger.

laki laki

perempuan

Blog Archive

Followers


Recent Comments